Ujian Praktik Teater "Koruptor Kelas Teri" SMAN 41 THN 2018
Tim Produksi :
1. PAK KISWO/PAK KADES : Yodi Novianto
2. ARIP : M.Farhan GunawanU
3. PEGAWAI : Hafifah Erina
4. PEGAWAI 2 : Dian Khotija Ambarsari
5. RINA/BU KADES : Dewi Alfiyatur
6. SARNI : Nurul Nabillah
7. INEM : Chika Marditia
8. ATUN : Shilvi Nursavitri
9. PETUGAS KEPOLISIAN : Aldy Pramudya
Kelas : XII MIPA 3
Group : 1
Guru Penguji :
1. Dra. Novalinda, M.Pd
2. Dra. Siwi Marwati, M.Pd
3. Muhammad Jarkasih, S.Pd, M.Par
"Pejabat Kelas Teri"
Pada suatu ketika setelah PILKADES di DesaMawar, Pak Kiswo yang terpilih sebagai KADES yang baru mengadakan syukuran besar-besaran.Setelah syukuran selesai beliau mengunjungi kantor tempat dimana dia akan bekerja bersama Arip (sang asisten pribadi). Sesampainya di kantor mereka disambut dengan ramah oleh para pegawai.
PEGAWAI:”Selamat siang, pak.”
KISWO:”Iya, selamat siang.(menghampiri tempat duduk). Rip…”
ARIP:“Ada apa bos?”
KISWO:”Akhirnya keinginan kita tercapai juga ya”
ARIP :”Benar juga bos.. Eh salah, bapak maksudnya, hehehe….
(diam beberapa saat). Lantas apa yang bapak akan lakukan
lagi?”
KISWO:”Ya.. yang penting uang kita balik dulu, entah bagaimana
caranya.”
ARIP:”Iya pak, saya juga setuju. Tapi kantidak bisa instan pak, jadi
harus sabar.”
2.
KISWO:”Saya berniat untuk mencoba mengakali dana pemasuk kita.”
ARIP:”Mengakali ? Maksudnya, pak ?”
KISWO:”Saya akan mencoba meminta dana ke pusat untuk menjalani
progam pembangunan jalan di Desa Mawar ini, dan
mengambil sedikit keuntungan dari dana ini. Ya… sekitar
25% nya lah.”
ARIP:”Lho…lho…lho… kok gitu pak? Baru gini saja sudah mau
korupsi, pejabat macam apa bapak ini”
KISWO :“Lah, emang duit kamu yang 15 juta itu gak mau saya balikin?”
ARIP:“Lho, ya di balikin dong pak, namanya utang ya harus dibayar.
Tapi bukan dengan uang hasil korupsi juga”
KISWO:”Coba bayangkan, uang kamu 15 juta, rumah, tanah, dan
mobilku sudah ku jual buat biaya kampanye, belum lagi utang
bank yang setengah M itu. Kalau kamumau sabar ya
tungguin saja sampai tua. Lagipula gajiku juga tak seberapa.”
ARIP :”Ya jangan lah pak, itu saja saya ngambil dari uang bayaran
anak-anak, lah masa anak saya lepas sekolah cuma gara
gara itu”
KISWO:“Makanya nurut aja, tidak usah membantah!”
ARIP :“Iya pak, saya nurut saja.”
RINA: (mengetuk pintu) ”Permisi…”
ARIP:”Iya, silahkan masuk.”
3.
KISWO:”Ehh.. Ada istri tercinta. Ada perlu apa, ma ?
RINA:”Ini pa, mama mau mengantarkan makanan untuk papa dan
untuk para pegawai.”
ARIP:”Wah.. Untuk jatah makan siang saya ada juga kan, bu ?”
RINA:”Tentu saja ada. (mengeluarkanmakanan) Nah, ini untuk
asisten suamiku yang selalu setia sampai sejauh ini.”
ARIP:”Duh.. Terimakasih bu. Ibu memang tau apa yang terbaik buat
kita semua.”
KISWO:”Halah, gombal kamu. Sudah ma, kalau tidak ada urusan lagi
lebih baik mama pulang saja. Ada yang harus papa dan Urip
bicarakan.”
RINA:”Iya, pa. Kalau begitu mama pulang dulu.(berjalan keluar)”
KISWO:”Ya, hati – hati yah dijalan ma.”
ARIP:”(berbisik)Pak, jadi kita bisa mulai rencana nya kapan ?”
KISWO:”Yaa.. Dalam waktu dekat lah kalau bisa.”
ARIP:”Tapi pak, saran saya sih jangan terlalu terburu - buru. Terlalu
berbahaya jika rencana ini bocor.”
KISWO:”Untuk itu, saya juga sudah persiapkan rencana.”
ARIP:”Rencana apa lagi, pak ?”
KISWO:”Jadi, pertama –tama kita akan membuat program sosialisasi
untuk mengambil hati para rakyat desa dengan membagikan
sembako gratis……
4.
PEGAWAI 2:”Permisi, pak. Selamat sore.”
ARIP:”(Dengan wajah yang bingung karena terkejut) Aduh… Saya
kira siapa. Bikin kaget saja kamu ini. Lain kali ketuk pintu dulu
sebelum masuk !”
PEGAWAI 2:”Iya pak, maafkan saya. Saya terburu – buru tadi.”
ARIP:”Memangnya kamu ada perlu apa ?”
PEGAWAI 2:”Anu pak.. Saya ada perlu sama Pak Kiswo.”
KISWO:”Iya, ada perlu apa ?”
PEGAWAI 2:”Ini pak, saya ingin memberitahu tentang laporan
keuangan sejak masa jabatan
Kepala Desa yg lalu, pak.”
KISWO:”(saling lirik dengan Urip) Oh.. Iya yasudah letakan saja
dimeja.”
PEGAWAI 2:”Baik, pak. Kalau begitu saya permisi.”
KISWO:”Iya, silahkan. Terimakasih.”(Berjalan keluar ruangan)
ARIP:”Pak, gimana kalau kita mengambilsedikit dari anggaran dana
ini saja pak ? Setidaknya untuk menutupi sebagian dari
hutang – hutang bapak saja. Kan bisalebih cepat dapat
untung, bila hutang - hutang terlunasi.”
KISWO:”Nanti kalau ketahuan bagaimana ? Bisa gagal semua rencana
saya.”
5.
ARIP:”Yah bilang saja lah pak untuk program sosialisasi yang seperti
bapak ucapkan tadi. Jadi, kita lebihkan saja uang anggaran
untuk program itu pak. Memangnyabapak mau membuat
program itu dari mana uangnya ? Apamau berhutang ke Bank
lagi ? Utang yang kemarin saja sudah setengah M. Mau bayar
pake apa pak ? Pake kentut ?”
KISWO:”Rupanya tidak sia – sia juga yah kamu saya jadikan asisten.
Sehati dan sejalan. Picik dan juga pintar, ya tentunya seperti
saya.. (Tertawa)”
ARIP:”Tapi pak, sebenarnya saya masih setengah hati menjalankan
rencana ini. Karena, saya tidak tega bilaharus membohongi
anak dan istri saya pak.”
KISWO:”Sudahlah Rip, soal itu jangan kau fikirkan. Yang penting
semua kebutuhan hidupmu dan keluargamu bisa terpenuhi.
Bahkan bisa lebih dari cukup.”
ARIP:”Hidup saya jadi tidak tenang pak. Saya takut, bila nanti saya
ketahuan.”
KISWO:”Sudah sudah! Kan sudah saya bilang nurut saja!”
ARIP:”Iya pak iya. Maafkan saya..”
KISWO:”Yasudah.”
ARIP:”Baiklah pak kalau begitu, saya pamit dulu. Saya ada janji
dengan istri saya, pak.”
KISWO:”Iya, Rip. Untuk selanjutnya kamu tunggu aba - aba dari saya.”
6.
ARIP:”Siap, pak.”
Hari demi hari sudah dilului, dari bulan ke bulan, sang KADES sudah menjalankan misinya dengan mulus. Utang-utang dan harta benda pun sudah kembali, bahkan melebihi yang sebelumnya. Para warga sekitar pun terus membicarakan soal harta Pak Kades, mereka curiga ada hal yang janggal. Sampai suatu ketika saat Rina (Bu Kades) sedang menghantarkan makanan untuk suaminya dikantor tempatnya bekerja, dia dengar ibu-ibu sedang menggosipkannya.
SARNI :”Eh eh eh, saya heran deh samauang Pak Kiswo, kayak gak
ada habisnya gitu lho. Semenjak dia menjabat sebagai Kepala
Desa, kehidupannya berubah banget.Coba lihat tuh Bu Rina,
cuma nganter makanan aja masa rapih banget, sombong
banget sih.. Apa uang hasil korupsi ya?Saya jadi curiga.”
ATUN:”Ih, iya tuh bu. Benar banget. Sombong. Saya juga jadi curiga,
bu.”
INEM :“Hust, ngaco! Kamu tuh kalo ngomong jangan sembarangan,
jangan ngawur! Jadi Kepala Desa itu kangajinya nggak seribu
dua ribu, yah jadi wajar saja. Lagian mana mungkin sih Pak
Kiswo itu korupsi. Beberapa pekan lalu saja dia beserta
staffnya membuat program sosialisasi dengan membagikan
banyak sembako gratis. Kalian juga dapat jatah sembakonya
kan, bu ? Yah jadi gamungkin lah kalo Pak Kiswo korupsi.
Keluarga Pak Kiswo kan selama ini jugabaik sama kita
semua”
ATUN:”Ih, iya tuh bu. Benar banget. Baik.Saya juga dapet sembako
kok, bu. “
SARNI:”Lho, ini kan bener mbak. Memang sudah ada isunya juga kok.
Kalo bukan dari hasil korupsi, ya paling tidak hasil dari
pesugihan.”
7.
ATUN:”Ih, iya tuh bu. Benar banget. Pesugihan. Saya juga pesugihan
kok, bu.”
SARNI&INEM :”Hah! Ibu Atun pake pesugihan ?”
ATUN:”Eh.. Tidak tidak bu. Maksud saya Pak Kiswo yang pesugihan.”
SARNI:”Ohh.. Iya tuh bu, saya kira juga begitu. Saya tidak percaya
kalo uang yang dihasilkan Pak Kiswo itu murni dari hasil
gajinya saja. Mana mungkin dia bisa….(diselak)”
RINA :”Ada apa ini ibu – ibu ?”
SARNI :”Eh, emmmm, aanuu buk. Lagi gosipin Pak Kiswo.”
RINA :”Pak Kiswo ????? (Tampak Bingung).
INEM :“(plakkkkkk, mukul bahu SARNI)
ATUN:”Ih iya tuh bu. Benar banget. Pak Kiswo. Saya juga lagi
gosipin pak Kiswo kok, bu.”
INEM:”(plakkkkkk, mukul bahu ATUN) Maksud mereka tadi gosipin
Kang Wowo Bu, pedagang sayur yang pelit itu lho Bu.”
ATUN:”Ih, iya tuh bu. Bener Banget. Kang Wowo. Saya
juga..(diselak)”
INEM :“Sudah-sudah! Ngaco terus kamu.Ayo kita pulang saja. Mari
Bu Rina.”
RINA :”Ohh.. Iya, yasudah bu.”
8.
Suatu pagi saat Pak Kades sedang duduk di kursi ruang kerjanya sembari baca Koran.karena sedang santai alias sedang istirahat, tiba-tiba seorang pegawai masuk ruang pak Kades.
KISWO:“Halah, semua koran kok kasusnya korupsi semua. Jadi bête
kan.”
PEGAWAI:”Permisi pak, maaf mengganggu di jam istirahat. Ada yang
mau saya tanyakan”
KISWO:“Oh, Ibu Hamida yang cantik rupanya. Mari masuk dulu.”
PEGAWAI:”Iya pak, terimakasih”
RINA:”Permisi..”
KISWO:“Eh.. kebetulan mama sudah sampai.Mari masuk ma, dan
segera siapkan makanan untuk papa dan bu Hamida.”
RINA:”Eh ada bu Hamida juga disini. Sebentar yah bu, saya siapkan
makanannya dulu.”
PEGAWAI:”Iya sudah bu, terimakasih. Tidak perlu repot – repot.”
KISWO:”Jadi, ada perlu apa bu ?”
PEGAWAI:”Begini pak, langsung saja, maksud kedatangan saya kemari
mau menanyakan soal dana desa kebapak yang menurut
laporan ada masalah. Kami kanmendapat dana dari pusat
sebesar Rp. 5.700.000.000 untuk pembangunan jalan di desa
pak. Tetapi laporan dari kantor kelurahan hanya ada dana
9.
Rp.4.275.000.000 pak, itu gimana?”
KISWO:“Begini bu, itu uang kan saya suruhorang untuk
mengambilnya, dan dia minta uang bensin. Jadi saya kasih
100ribu, dan juga ada biaya lain-lain, bu.”
PEGAWAI:”Biaya apa saja itu pak?”
KISWO:“Uang makan dan lain-lain, bu.”
PEGAWA:”Kebanyakan lain-lainnya pak, jangan-jangan ada dana yang
lain yang sudah tidak utuh”
KISWO:“Betul itu, bu.”
PEGAWAI:”Lho? Apa itu pak?”
KISWO:“Ehhhhh, anuu, uang dapur bu, setiap hari selalu tidak utuh.”
RINA:”(muncul membawa air minum dan hidangan) Iya, gak pernah
utuh. Bapak maunya makan enak terussih..”
KISWO:”Kan supaya sehat ma. Kualitas yang baik juga untuk
kesehatan kita biar lebih baik. Tentunya kesehatan itu mahal
harganya, bukan begitu bu?”
PEGAWAI:”Memang benar, tapi kualitas bagus itu tidak
harus mahal pak!”
KISWO:“Mana ada jaman sekarang yang tidak mahal bu?”
PEGAWAI:”Murah mahalnya itu, tergantung bisa tidaknya kita dalam
10.
memilih pak”
KISWO:”Lho.. itu pilihan saya kok. Ada masalah?”
RINA:”Sudah-sudah, di minum dulu bu. Memang bapak itu tidak mau
kalah meskipun salah”
PEGAWAI:”Terimakasih bu, dan maaf sebelumnya disini tadi kami sudah
mencari pokok maslah nya.Dan Pak Kiswo beserta asistennya
terbukti melakukan korupsi”
RINA:”Hahhhhhhhhhhh? apa bu (kaget)?”
KISWO:”Lho lho lho, tidak bisa begitu dong! Mana buktinya?”
POLISI:”(datang dengan menunjukkan identitas serta surat perintah)
Saksi dan buktinya sudah ada di kantor polisi pak, mari ikut.”
KISWO:“Tidak bisa! Saya tidak bersalah! Lepaskan saya!”
POLISI:”(sambil menyeret Pak Kiswo) Nanti bapak bisa jelaskan di
pengadilan.”
Diluar sudah ada para warga yang penasaran akan kegaduhan di desa mereka. Dengan tertatih-tatih Bu Rina keluar bersama Bu Hamida (pegawai kecamatan) sambil menangis.
RINA:”Iya buk (mengelap air mata).”
Comments
Post a Comment