Nama : Putri Bagus Pambudi
Kelas : X MIA 2
Bidang studi : Bahasa Indonesia
Guru bidang studi : Muhammad Jarkasih, S.Pd.,M.Par.
Tahun baru kemarin, keluarga saya berencana mengadakan acara berkumpul bersama
yang bertempat di Cikarang. Semua keluarga besar saya setuju dengan rencana itu. Mereka
semua datang ke Cikarang saat tahun baru kemarin.
Satu hari sebelelum tahun baru saya ibu, kakek, nenek, paman, bibi, dan adik sepupu
saya pergi ke Cikarang. Saya pergi ke Cikarang jam 9 pagi. Saya kesana naik kendaraan pribadi.
Sesampainya disana saya bertemu dengan saudara – saudara saya yang tinggal di Depok, dan
juga yang di Tanggerang. Ternyata mereka sudah sampai lebih dulu dari pada saya. Tetapi
masih ada yang kurang, ternyata kakak sepupu saya masih kurang satu. Kakak saya yang satu
lagi masih ada di Bandung. Dan katanya ia akan segera berangkat dari Bandung menuju
Cikarang.
Setelah melepas lelah, saya dan adik sepupu saya bermain bersama. Mengobrol
bersama sampai bermain kejar-kejaran didalam kompleks. Tetapi saat saya mengejar adik
sepupu saya, saya mendengar suara kucing mengeong dengan sangat kencang. Saya dan adik-
adik saya mencari sumber suara itu. Dan ternyata, sumber suara itu dari kucing yang mau
melahirkan. Adik sepupu saya jadi heboh karena hal itu dan ini adalah yang pertama kalinya dia
melihat kucing yang mau melahirkan. Saya dan adik-adik saya menggerumun melihat kucing
yang akan melahirkan anaknya tersebut. Tak lama kemudian kucing itu melahirkan anaknya.
Induk kucing itu melahirkan 4 ekor anak. Anak-anak kucing itu sangat lucu. Anak-anak kucing itu
berwarna belang tiga. Yaitu, kuning, abu-abu, dan putih. Warna ini yang membuat anak kucing
itu makin lucu dan imut. Adik sepupu saya sangat ingin membawa anak kucing itu pulang.
Tetapi tidak saya bolehkannya karena anak kucing itu masih membutuhkan susu dari indukmya.
Karena hari juga sudah mulai senja saya dan adik-adik saya masuk kedalam rumah.
Saat dirumah, bude saya mengajak saya dan kakak sepupu saya pergi untuk mencari
makan ringan. Kami berkeliling kompleks untuk mecari makanan ringan. Setelah muter-muter
kompleks, akhirnya kita menemukan kue pinggir jalan. Kami membeli kue cakwe, onde-onde,
donat, dan kue bantal. Setelah membeli makanan ringan kami pulang. Di tengah perjalanan,
kami melewati supermarket dan tiba –tiba bude saya mengajak untuk membeli bebek dan ikan
kakap untuk dibakar malam tahun baru nanti. Saya dan kakak sepupu saya mengnyiakan ajakan
bude saya. Kami masuk ke supermarket dan menuju tempat ikan. Kami memilih-milih ikan yang
masih segar dan setelah memilih beberapa ikan kami menuju tempat bebek. Kami juga memilih
bebek yang kwatiasnya bagus. Selesai memilih bebek kami menuju tempat bumbu untuk
bahan-bahan yang diperlukan untuk memasak bebek dan ikan itu. Setelah itu kami ke kasir dam
membayar semua belanjaan kami. Dan akhirnya kami pulang.
Sesampainya di rumah kami langsung membuka makanan ringan yang kami beli. Saya
dan keluarga saya makan bersama –sama. Setelah selesai makan kue-kue itu kami mengobrol
bersama sampai larut malam. Kami memutuskan untuk beristirahat. Tetapi kamarnya sudah
penuh. Akhirnya saya menggelar karpet diruang tengah. Setelah selesai menggelar karpet kami
tidur dikarpet tersebut. Walaupun tempatnya sedikit sempit tetapi kami tetap bisa tidur
bersama dikarpet itu.
Pagi harinya saya diajak mamas saya untuk membeli sarapan. Kami memilih menu bubur
ayam langganan mamas saya. Kita langgung pergi karena takut kehabisan, karena buburnya
sangat yummy dan banyak sekali yang rela menunggu lama hanya demi semangkuk bubur
tersebut. Sesampainya saya disana tempat buburnya sudah ramai dikerumuni para pembeli.
Kami mengantri 1 jam untuk membeli bubur tersebut. Sangat penh perjuangan untuk membeli
bubur tersebut. Kami harus berdesak desakan dengan para pembeli yang lainnya. Selesai
membeli bubur kami pulang dan setelah itu kami menyantap bubur yang yummy tersebut
bersama.
Hari sudah menjelang siang, kami memulai menyiapakan bumbu-bumbu untuk
memasak bebek dan membumbui ikan yang kami beli di supermarket kemarin. Saat sedang
menyiapkan bumbunya ternyata ada bumbu yang kurang. Bude saya menyuruh saya dan kakak
sepupu saya untuk membeli bumbu itu di pasar. Saya dan kakak sepupu saya pergi ke pasar di
antar dengan mamas saya. kami menuju pasar dengan cepat.
Sesampainya di pasar kami menuju tempat bumbu disana saya mencari lengkuas, jahe,
keluek, kecap manis, kecap asin dan juga arang kayu. Saat di pasar kami hanya menemukan
lengkuas, jahe, kluek dan juga arang. Kami keluar dari pasar dan langsung menuju minimarket.
Sesampainya disana kami hanya menemukan kecap manis. Kecap asin yang kami cari tidak
dijual disana. Dan kami keluar dari minimarket itu menuju minimarket yang lainnya. Di
minimarket yang kedua juga tidak menjualnya juga. Kami mencari minimarket yang lainnya.
Kami muter ke tempat yang lebih jauh lagi dari minimarket sebelumnya. Tak lama kemudian
kami langung menemukan 2 minimarket yang letaknya tidak terlalu berjauhan. 2 minimarket ini
hanya dipisahkan oleh rumah makan padang. Kami menuju minimarket ketiga dan disana juga
tidak menjual kecap asin. Kami sangat lelah keluar masuk minimarket dan tinggal satu harapan
kami minimarket yang di sebelahnya. Kami menuju minimarket sebalah dan disana ternyata
menjual kecap asin. Kami senang karena sudah menemukan kecap asin yang sangat susah
dicarinya. Setelah itu kami pulang.
Saat diperjalanan pulang kakak saya yang di Bandung menelpon katanya dia susah
sampai di terminal Cikarang. Kami langsung puter balik dan menuju terminal Cikarang.
Sesampainya disana kita mencari-cari dia di terminal dan akhirnya ketemu. Kami pulang
bersama. Sesampainya dirumah, kami langsung memberikan bumbu itu kepada bude saya. Saya
dan kakak sepupu saya mengungkep bebeknya dengan bumbu-bumbu yang sudah diracik oleh
bude saya. Kami juga melumuri ikannya dengan bumbu yang sudah saya racik bersama mamas
dan kakak sepupu saya. Mendiamkannya sampai semua bumbu itu meresap.
Setelah bumbunya meresap kami memulai menyiapkan peralatan untuk membakar ikan
tersebut. Saya dan mamas saya juga menyiapkan oven untuk memanggang bebek tersebut.
Semua peralatan sudah siap dan tinggal menyalakan arang untuk membakar ikan. Untuk
menyalakan arang kami di bantu sama paman saya. Saat membuat arang, spirtus yang
digunakan untuk membuat arang jatuh dan tersambar oleh api. Spirtus yang terbakar itu
menggelinding masuk ke dalam kolong mobil yang terparkir didepan rumah. Kami semua panik
karena takut meledak dikolong mobil. Tetapi saat dilihat tiba-tiba apinya mati dan kekhawatiran
kita semua hilang. Kami bersyukur karena tidak meledak. Dan kami melanjutkan membuat
arang. Dengan mengipasi arang tersebut tak lama kemudian arangnya jadi.
Yang pertama saya dan kakak- kakak saya lakukan adalah memasukan bebek yang sudah
dibumbui kedalam oven. Setelah beres kami langsung pergi ke halaman rumah untuk
membakar ikan kakap yang sudah dibumbui tadi. Kita memulai membakar dari ikan yang lebih
kecil. Kami membakar ikan tersebut dengan gembira dan canda tawa. Tak lama kemudian
listriknya padam. Kami membakar ikan dengan senter handphone. Ini yang membuat bakar-
bakar kami makin seru. Kami menyetel music dan bernyanyi-nyanyi bersama. Kami juga
bercerita tentang sekolah kami masing-masing. Kami berbagi cerita satu sama lain. Kami
tertawa bersama, bermain bersama mengingat masa kecil kami yang sangat tidak bisa di
pisahkan. Tetepi seiring berjalannya waktu kami tumbuh menjadi dewasa dan kami jadi jarang
bertemu. Kami juga sangat susah menyamakan waktu untuk berkumpul. Ikan pertama yang
kami bakar sudah matang. Lanjut ikan ke dua dan ikan selanjutnya. Bebek yang sedang
dipanggang juga sudah matang.
Setelah semua makan matang kami berkumpul untuk makan bersama-sama ditemani
dengan lilin-lilin mungil yang membuat tahun baru kali ini menjadi makin seru dan ramai. Itulah
cerita tahun baru saya kemarin.
Kelas : X MIA 2
Bidang studi : Bahasa Indonesia
Guru bidang studi : Muhammad Jarkasih, S.Pd.,M.Par.
Cikarang
yang bertempat di Cikarang. Semua keluarga besar saya setuju dengan rencana itu. Mereka
semua datang ke Cikarang saat tahun baru kemarin.
Satu hari sebelelum tahun baru saya ibu, kakek, nenek, paman, bibi, dan adik sepupu
saya pergi ke Cikarang. Saya pergi ke Cikarang jam 9 pagi. Saya kesana naik kendaraan pribadi.
Sesampainya disana saya bertemu dengan saudara – saudara saya yang tinggal di Depok, dan
juga yang di Tanggerang. Ternyata mereka sudah sampai lebih dulu dari pada saya. Tetapi
masih ada yang kurang, ternyata kakak sepupu saya masih kurang satu. Kakak saya yang satu
lagi masih ada di Bandung. Dan katanya ia akan segera berangkat dari Bandung menuju
Cikarang.
Setelah melepas lelah, saya dan adik sepupu saya bermain bersama. Mengobrol
bersama sampai bermain kejar-kejaran didalam kompleks. Tetapi saat saya mengejar adik
sepupu saya, saya mendengar suara kucing mengeong dengan sangat kencang. Saya dan adik-
adik saya mencari sumber suara itu. Dan ternyata, sumber suara itu dari kucing yang mau
melahirkan. Adik sepupu saya jadi heboh karena hal itu dan ini adalah yang pertama kalinya dia
melihat kucing yang mau melahirkan. Saya dan adik-adik saya menggerumun melihat kucing
yang akan melahirkan anaknya tersebut. Tak lama kemudian kucing itu melahirkan anaknya.
Induk kucing itu melahirkan 4 ekor anak. Anak-anak kucing itu sangat lucu. Anak-anak kucing itu
berwarna belang tiga. Yaitu, kuning, abu-abu, dan putih. Warna ini yang membuat anak kucing
itu makin lucu dan imut. Adik sepupu saya sangat ingin membawa anak kucing itu pulang.
Tetapi tidak saya bolehkannya karena anak kucing itu masih membutuhkan susu dari indukmya.
Karena hari juga sudah mulai senja saya dan adik-adik saya masuk kedalam rumah.
Saat dirumah, bude saya mengajak saya dan kakak sepupu saya pergi untuk mencari
makan ringan. Kami berkeliling kompleks untuk mecari makanan ringan. Setelah muter-muter
kompleks, akhirnya kita menemukan kue pinggir jalan. Kami membeli kue cakwe, onde-onde,
donat, dan kue bantal. Setelah membeli makanan ringan kami pulang. Di tengah perjalanan,
kami melewati supermarket dan tiba –tiba bude saya mengajak untuk membeli bebek dan ikan
kakap untuk dibakar malam tahun baru nanti. Saya dan kakak sepupu saya mengnyiakan ajakan
bude saya. Kami masuk ke supermarket dan menuju tempat ikan. Kami memilih-milih ikan yang
masih segar dan setelah memilih beberapa ikan kami menuju tempat bebek. Kami juga memilih
bebek yang kwatiasnya bagus. Selesai memilih bebek kami menuju tempat bumbu untuk
bahan-bahan yang diperlukan untuk memasak bebek dan ikan itu. Setelah itu kami ke kasir dam
membayar semua belanjaan kami. Dan akhirnya kami pulang.
Sesampainya di rumah kami langsung membuka makanan ringan yang kami beli. Saya
dan keluarga saya makan bersama –sama. Setelah selesai makan kue-kue itu kami mengobrol
bersama sampai larut malam. Kami memutuskan untuk beristirahat. Tetapi kamarnya sudah
penuh. Akhirnya saya menggelar karpet diruang tengah. Setelah selesai menggelar karpet kami
tidur dikarpet tersebut. Walaupun tempatnya sedikit sempit tetapi kami tetap bisa tidur
bersama dikarpet itu.
Pagi harinya saya diajak mamas saya untuk membeli sarapan. Kami memilih menu bubur
ayam langganan mamas saya. Kita langgung pergi karena takut kehabisan, karena buburnya
sangat yummy dan banyak sekali yang rela menunggu lama hanya demi semangkuk bubur
tersebut. Sesampainya saya disana tempat buburnya sudah ramai dikerumuni para pembeli.
Kami mengantri 1 jam untuk membeli bubur tersebut. Sangat penh perjuangan untuk membeli
bubur tersebut. Kami harus berdesak desakan dengan para pembeli yang lainnya. Selesai
membeli bubur kami pulang dan setelah itu kami menyantap bubur yang yummy tersebut
bersama.
Hari sudah menjelang siang, kami memulai menyiapakan bumbu-bumbu untuk
memasak bebek dan membumbui ikan yang kami beli di supermarket kemarin. Saat sedang
menyiapkan bumbunya ternyata ada bumbu yang kurang. Bude saya menyuruh saya dan kakak
sepupu saya untuk membeli bumbu itu di pasar. Saya dan kakak sepupu saya pergi ke pasar di
antar dengan mamas saya. kami menuju pasar dengan cepat.
Sesampainya di pasar kami menuju tempat bumbu disana saya mencari lengkuas, jahe,
keluek, kecap manis, kecap asin dan juga arang kayu. Saat di pasar kami hanya menemukan
lengkuas, jahe, kluek dan juga arang. Kami keluar dari pasar dan langsung menuju minimarket.
Sesampainya disana kami hanya menemukan kecap manis. Kecap asin yang kami cari tidak
dijual disana. Dan kami keluar dari minimarket itu menuju minimarket yang lainnya. Di
minimarket yang kedua juga tidak menjualnya juga. Kami mencari minimarket yang lainnya.
Kami muter ke tempat yang lebih jauh lagi dari minimarket sebelumnya. Tak lama kemudian
kami langung menemukan 2 minimarket yang letaknya tidak terlalu berjauhan. 2 minimarket ini
hanya dipisahkan oleh rumah makan padang. Kami menuju minimarket ketiga dan disana juga
tidak menjual kecap asin. Kami sangat lelah keluar masuk minimarket dan tinggal satu harapan
kami minimarket yang di sebelahnya. Kami menuju minimarket sebalah dan disana ternyata
menjual kecap asin. Kami senang karena sudah menemukan kecap asin yang sangat susah
dicarinya. Setelah itu kami pulang.
Saat diperjalanan pulang kakak saya yang di Bandung menelpon katanya dia susah
sampai di terminal Cikarang. Kami langsung puter balik dan menuju terminal Cikarang.
Sesampainya disana kita mencari-cari dia di terminal dan akhirnya ketemu. Kami pulang
bersama. Sesampainya dirumah, kami langsung memberikan bumbu itu kepada bude saya. Saya
dan kakak sepupu saya mengungkep bebeknya dengan bumbu-bumbu yang sudah diracik oleh
bude saya. Kami juga melumuri ikannya dengan bumbu yang sudah saya racik bersama mamas
dan kakak sepupu saya. Mendiamkannya sampai semua bumbu itu meresap.
Setelah bumbunya meresap kami memulai menyiapkan peralatan untuk membakar ikan
tersebut. Saya dan mamas saya juga menyiapkan oven untuk memanggang bebek tersebut.
Semua peralatan sudah siap dan tinggal menyalakan arang untuk membakar ikan. Untuk
menyalakan arang kami di bantu sama paman saya. Saat membuat arang, spirtus yang
digunakan untuk membuat arang jatuh dan tersambar oleh api. Spirtus yang terbakar itu
menggelinding masuk ke dalam kolong mobil yang terparkir didepan rumah. Kami semua panik
karena takut meledak dikolong mobil. Tetapi saat dilihat tiba-tiba apinya mati dan kekhawatiran
kita semua hilang. Kami bersyukur karena tidak meledak. Dan kami melanjutkan membuat
arang. Dengan mengipasi arang tersebut tak lama kemudian arangnya jadi.
Yang pertama saya dan kakak- kakak saya lakukan adalah memasukan bebek yang sudah
dibumbui kedalam oven. Setelah beres kami langsung pergi ke halaman rumah untuk
membakar ikan kakap yang sudah dibumbui tadi. Kita memulai membakar dari ikan yang lebih
kecil. Kami membakar ikan tersebut dengan gembira dan canda tawa. Tak lama kemudian
listriknya padam. Kami membakar ikan dengan senter handphone. Ini yang membuat bakar-
bakar kami makin seru. Kami menyetel music dan bernyanyi-nyanyi bersama. Kami juga
bercerita tentang sekolah kami masing-masing. Kami berbagi cerita satu sama lain. Kami
tertawa bersama, bermain bersama mengingat masa kecil kami yang sangat tidak bisa di
pisahkan. Tetepi seiring berjalannya waktu kami tumbuh menjadi dewasa dan kami jadi jarang
bertemu. Kami juga sangat susah menyamakan waktu untuk berkumpul. Ikan pertama yang
kami bakar sudah matang. Lanjut ikan ke dua dan ikan selanjutnya. Bebek yang sedang
dipanggang juga sudah matang.
Setelah semua makan matang kami berkumpul untuk makan bersama-sama ditemani
dengan lilin-lilin mungil yang membuat tahun baru kali ini menjadi makin seru dan ramai. Itulah
cerita tahun baru saya kemarin.
Comments
Post a Comment